Foto: Pixabay
Negara-negara di kawasan ASEAN harus menyepakati untuk menolak impor sampah dari negara-negara maju. Hal tersebut diungkapkan Researcher-toxic Program Officer BaliFokus/Nexus3 Sonia Buftheim.
"Perlu ada ketegasan. Malaysia sudah menolak, kemudian Filipina juga. Negara berkembang harusnya dibantu kelola sampah, bukan malah dibebani dengan tambahan sampah," kata Sonia di Jakarta, Jumat, 21 Juni 2019, malam.
Baca juga: Sampah Menumpuk, Kemen ESDM: Sampah Kota Besar Mampu Hasilkan Listrik 2.000 MW
Menurut Sonia, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-34, yang berlangsung di Bangkok, Thailand, pada 22-23 Juni mendatang menjadi momentum strategis untuk menentukan ketegasan sikap.
Ia mengatakan kebijakan yang ada di setiap negara di kawasan Asia Tenggara juga harus dibenahi untuk menutup celah masuknya sampah plastik dari luar negeri.
China, kata Sonia, sebelumnya merupakan negara tujuan ekspor limbah plastik dan kertas dengan menyerap sekitar lebih dari 56 persen dari total perdagangan limbah (plastik dan kertas).
Amerika Serikat mengirimkan 60 persen limbahnya ke China dan negara-negara Uni Eropa mengirimkan lebih dari 70 persen. Namun, kata Sonia, sejak 2018 China membatasi.
"Rasanya perlu ada penguatan kebijakan regional, mengingat setelah China enggak mau menerima sampah plastik lagi, negara-negara Asia Tenggara menjadi 'sasaran' tujuan pembuangan sampah-sampah negara maju," kata Sonia.
Seperti yang ditemukan di Batam, beberapa waktu lalu yang sempat menghebohkan. Tetapi, kata Sonia, sebenarnya kasus serupa juga terjadi di wilayah Jawa Timur.
Sonia menjelaskan, Indonesia selama ini kerap kebobolan impor sampah yang dikirimkan melalui limbah kertas dari negara maju yang menjadi bahan baku pabrik kertas.
Baca juga: UN Environment Harapkan Peran Besar Indonesia Cegah Sampah Laut
Sampah plastik dari negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Australia, Inggris, dan Uni Eropa, kata Sonia, bisa masuk karena bercampur dengan limbah kertas yang dikategorikan "green line".
"Kadang kalau dibuka itu tampak kayak kertas tetapi kalau diacak-acak dalamnya sampah smua. Plastik dalam bentuk lembaran bersih kan ringan dan mirip kertas. Jadi, saat di-'scan' lolos," kata Sonia.
Maka dari itu, Sonia menegaskan penting dan mendesak bagi badan atau kementerian terkait isu perdagangan lintas negara untuk memperbaiki regulasi yang ada.
Rencananya, BaliFokus/Nexus3, Ecoton, dan Walhi juga akan meluncurkan laporan terkait perdagangan limbah plastik lintas negara, yang sudah dibikin film pendeknya.
Tinggalkan Komentar