Schoolmedia News Jakarta --- Transformasi pendidikan tinggi vokasi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Vokasi (Ditjen Diksi) terus bergulir. Tahun ini, fokusnya adalah Peningkatan Program Diploma Tiga (D-3) Menjadi Program Sarjana Terapan (S.Tr) dan Pembukaan Program Diploma Dua (D-2) Jalur Cepat.
Direktur Kelembagaan dan Sumber Daya, Ditjen Diksi, Henri Tambunan mengungkapkan bahwa dua kebijakan tersebut merupakan implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). “Kemendikbudristek merespons perkembangan dunia kerja dan industri yang makin dinamis,” ucap Henri pada Silaturahmi Merdeka Belajar (SMB) dengan topik Ciptakan Tenaga Kerja Terampil Melalui Competitive Fund Vokasi secara virtual di YouTube Kemendikbud RI, Kamis (19/5).
Diakui Henri, lulusan pendidikan tinggi vokasi sering dipandang kalah saing dengan lulusan perguruan tinggi akademik. Selain itu, ada ketidaksinkronan (mismatch) antara pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja. Untuk itu, Henri mengatakan, perguruan tinggi vokasi diwajibkan berkolaborasi dengan dunia kerja atau dunia industri dalam merancang dan menjalankan kurikulum yang memastikan link and match antara pendidikan dengan dunia kerja.
Melalui program ini, calon mahasiswa dapat menyetarakan sertifikasi kompetensi/ keahlian yang dimiliki sejak duduk di bangku SMK sebagai kredit perkuliahan melalui mekanisme Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL). Selain itu, magang industri yang dilakukan oleh mahasiswa selama satu semester juga diakui sebagai kredit perkuliahan, sehingga total waktu tempuh untuk menyelesaikan program D-2 yang umumnya ditempuh selama 4 semester atau 2 tahun, dapat diselesaikan hanya dalam 3 semester atau 1,5 tahun. Adapun total beban kredit minimum dalam skema ini adalah 72 SKS.
“Program diploma-2 reguler membutuhkan empat semester untuk lulus. Tetapi terobosan ini membuat waktu tempuh diploma-2 lebih singkat menjadi hanya tiga semester,” ujar Henri.
Ditambahkan Henri, kurikulum dan proses pembelajaran D-2 juga disesuaikan dengan kebutuhan dunia usaha dan industri. “Perguruan tinggi dan mitranya harus duduk bersama untuk merumuskan dan menyusun substansi yang perlu agar kompetensi lulusan sesuai dengan kebutuhan,” tuturnya.
Selain itu, tantangan keselarasan pendidikan dan kebutuhan dunia kerja juga dijawab Kemendikbudristek dengan mendorong perguruan tinggi vokasi untuk menempatkan program D-3 menjadi program sarjana terapan. “Kita memberi kesempatan bagi perguruan tinggi penyelenggara pendidikan vokasi untuk mengembangkan kurikulum dan pembelajaran agar selaras dengan kebutuhan dunia kerja dan industri,” terang Henri.
Pada kesempatan ini, Henri juga menyampaikan Competitive Fund Vokasi Tahun 2021 mendukung sekolah vokasi lewat bantuan dana bagi perguruan tinggi vokasi yang mengusulkan peningkatan pendidikan D-3 dan mengusulkan pembukaan program D-2 jalur cepat. “Dari 117 program studi sarjana terapan, 45 di antaranya merupakan program studi penerima Competitive Fund Vokasi 2021. Sementara itu untuk D-2 jalur cepat, dari 42 usulan, 32 di antaranya merupakan penerima 2021. Yang paling penting adalah dampaknya terhadap pembelajaran mahasiswa,” ucap Henri.
250 Karakter tersisa