Cara Cerdas Cardiff Metropolitan University Cegah Penyebaran Hoax

Foto: Unsplash

 

Schoolmedia News, Wales – Media Sosial tentu sudah tidak asing lagi di era teknologi seperti sekarang ini. Pemanfaatan media sosial saat ini berkembang dengan luar biasa. Media sosial mengizinkan semua orang untuk dapat bertukar informasi dengan sesama pengguna media tersebut. Perilaku penggunaan media sosial pada masyarakat sekarang cenderung konsumtif, membuat informasi yang benar dan salah menjadi bercampur aduk.

Hal ini lah yang mendorong sebuah universitas di Wales mencari cara untuk mengurangi penyebarah hoax di media sosial. Penelitian menarik dipublikasikan oleh Cardiff Metropolitan University dalam mencegah penyebaran hoax di media sosial. Mereka berharap hasil penelitian ini bisa digunakan oleh platform media sosial seperti Facebook.

Dilansir The Conversation, Rabu (16/2/2021) studi ini dilakukan pada 550 orang di Wales. Penelitian ini bertujuan untuk memperingatkan pengguna tentang bahaya hoax memakai gambar bukan peringatan teks seperti yang dilakukan Facebook saat ini. Peneliti mengembangkan 10 efek visual seperti warna, pemakaian huruf tebal dan tipis, efek buram atau gambar pecahan kaca pada konten yang dicurigai hoax.

 

Baca jugaBarbie Rilis Boneka Berhijab Pertama, Terinspirasi Atlet Ibtihaj Muhammad

 

Penelitian ini ingin melihat apakah metode itu bisa membantu pengguna media sosial memilih informasi yang fakta atau hoax. Hasilnya visualisasi blok membantu pengguna pria untuk memilih informasi atau konten yang salah. Sementara pengguna wanita mampu mengidentifikasi lebih baik konten yang salah dengan menggunakan visualisasi blur.

Meskipun sederhana namun penelitian ini diharapkan punya dampak besar di media sosial. Platform media sosial diharapkan untuk menggunakan tanda peringatan besar berwarna mencolok atau tanda tebal jika ada konten yang dianggap mencurigakan. Di dunia nyata simbol visual seperti ini sudah banyak diaplikasikan, seperti simbol dilarang masuk, dilarang putar balik, atau dilarang berhenti. 

Namun di dunia maya simbol visual memang belum ada yang menerapkan. Penelitian ini menyimpulkan pengguna butuh tanda visual besar untuk membantu membedakan informasi yang salah atau yang tidak bisa dipercaya. Apalagi cara sederhana seperti mencurigai konten palsu dengan melihat tata bahasanya sudah tidak lagi relevan. Pasalnya pembuat hoax saat ini sudah semakin rapi membuat narasi atau gambar yang semirip aslinya.

Komentar

250 Karakter tersisa