Ilustrasi konsep wirausaha menjadi strategi yang diterapkan Pemkot Jambi menuju Kota Cerdas, Foto: Pixabay
Kota Jambi memiliki sumber daya keuangan yang terbatas. Salah satu solusi untuk mengatasi tantangan ini adalah mencari partisipasi dari banyak pemangku kepentingan dan menciptakan kota yang cerdas.
Hal itu disampaikan Wali Kota Jambi, Syarif Fasha saat bertemu dengan delegasi pemerintah, pengusaha dan Dewan Kota Cerdas (Smart City Council) Australia dan Selandia Baru, di Kedutaan Besar Australia di Jakarta.
Kabag Humas Pemkot Jambi, Abu Bakar, di Jambi mengatakan, pemaparan konsep cerdas itu pada Senin (4/3), menjadi bagian dari kegiatan bertajuk Indonesia-Australia Smart City Forum. Kegiatan ini, kata Abu Bakar, terselenggara sebagai bagian kegiatan kolaborasi Pemerintah Australia dan Asosiasi Pemerintah Kota se-Indonesia (APEKSI) dalam mewujudkan misi "ASEAN Smart City and Sustainable Cities".
Saat itu, kata Abu Bakar pada Rabu, 6 Maret 2019 mengatakan, pemerintah kota Jambi diundang pada forum tersebut selain Kota Tangerang Selatan, Binjai, Malang, Yogyakarta, dan Probolinggo. Pemkot Jambi dan Yogyakarta diberi kesempatan sebagai "role model" untuk mempresentasikan implementasi kota cerdas di Indonesia.
Abu melanjutkan, dalam pertemuan itu Fasha menjelaskan bahwa kota Jambi dan kota-kota lain di Indonesia menghadapi beberapa tantangan, diantaranya pertumbuhan populasi yang tinggi, kurangnya transportasi yang dapat diandalkan dan infrastruktur yang memadai, kualitas layanan publik, dan pungutan liar.
Dalam pengembangan konsep Kota Cerdas, kata Abu Bakar menirukan Fasha, Pemkot Jambi menerapkan pendekatan kewirausahaan yang telah dialami oleh Fasha sebelum ia menjadi Walikota Kota Jambi.
"Konsep dasarnya adalah efisiensi dalam Penganggaran untuk Memberikan Layanan Publik yang Efektif," katanya.
Menurut Fasha seperti dituturkan Abu Bakar, konsep kota pintar sebenarnya bukan pendekatan yang baru untuk Kota Jambi. Karena banyak layanan dapat dilakukan secara online dan dapat diakses secara luas untuk umum, sehingga orang dapat mengisi aplikasi di tempat dan waktu nyaman mereka sendiri.
"Di kota saya, aspek pertama untuk menerapkan kota pintar adalah kepemimpinan. Perencanaan Jangka Panjang dan Jangka Menengah kami, telah mengedepankan konsep Kota pintar sebagai misi pertama Kota Jambi. Kami juga telah menerapkan 26 (dua puluh enam) peraturan daerah untuk mendukung implementasi Smart City dan telah menandatangani tiga MoU sejauh ini," kata Wali Kota Jambi, Syarif Fasha.
Lebih lanjut, Abu Bakar menjelaskan, Wali Kota Jambi menyampaikan bahwa penerapan kota pintar sangat tergantung pada komitmen para pemimpin daerah, karena komitmen para pemimpin yang ingin belajar dan berinovasi diperlukan untuk mengubah kota.
Forum tersebut diakhiri dengan jamuan makan malam oleh Duta Besar Australia untuk Indonesia. Kesempatan tersebut juga dimanfaatkan dengan baik oleh Wali Kota Fasha untuk menguatkan jejaring dan peluang investasi di Kota Jambi.
Dalam pertemuan itu, Dr Stephanie Fahey, CEO Australian Trade and Investment Commission (Austrade), menyampaikan bahwa melalui kegiatan "Indonesia-Australia Smart City Forum" pihaknya ingin melihat lebih jauh peluang kemitraan antara Australia dan daerah potensial di Indonesia.
Senada dengan itu, Menteri Perdagangan, Pariwisata, dan Investasi Australia, Simon Birmingham menyampaikan bahwa forum tersebut sebagai bagian kerjasama ekonomi komprehensif antara Indonesia dan Australia.
Pada kesempatan itu, Birmingham mengatakan, Indonesia memiliki peluang pasar yang besar terutama pada sektor smart city. Banyak perusahaan di Australia ingin berbagi pengalaman dan membangun kemitraan strategis di Indonesia.
"Saya harap forum ini dapat membangun kolaborasi bisnis Australia dan Indonesia. Kami ingin pemerintah terutama daerah menjadi mitra penghubung antara pengusaha Indonesia dan Australia, untuk berbagai sektor strategis dan potensial, seperti insfrastruktur, perdagangan, e-commerce dan lainnya," ujar Birmingham.
Tinggalkan Komentar