Indonesia - Belanda Luncurkan Program Kurangi Sampah Plastik Sungai

Sampah plastik, Foto: Pixabay

 

Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Infrastruktur dan Lingkungan Belanda meluncurkan program penelitian dan percontohan intersepsi sampah plastik di sungai menggunakan River Cleaning-up System (RCS) untuk kurangi sampah di kawasan Pantai Indah Kapuk Jakarta.

Peluncuran program mewujudkan komitmen pemerintah Indonesia untuk mengurang 70 persen sampah plastik di laut pada 2025. Sejumlah menteri terkait yakni Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar dan Duta Besar Kerajaan Belanda untuk Indonesia Rob Swartbol hadir dalam peluncuran tersebut. 

"Nanti BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) kita minta untuk merancang lagi apa yang perlu dari barang ini dari pengalaman kita terkait sampah ini, yang perlu kita tambah atau kurangi. Kalau ini kita laksanakan akan banyak sekali dampaknya," kata Luhut dalam siaran pers di Jakarta, Senin, 13 Mei 2019.

RCS adalah salah satu sistem yang dibangun dengan tujuan utama untuk membuat lautan bebas dari plastik. RCS ini akan mengekstraksi sampah plastik yang mengalir di sungai, menampungnya dalam kantong-kantong besar melalui ban berjalan.

Kemudian, dengan alat ini, sampah tersebut dibawa ke tepi sungai untuk diangkut ke tempat penampungan sementara (TPS) untuk dipilah dan didaur ulang agar jumlah sampah yang diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) semakin sedikit. Seluruh sistem RCS digerakkan dengan tenaga listrik panel surya yang terpasang di atap RCS.

 

Baca juga: UN Environment Harapkan Peran Besar Indonesia Cegah Sampah Laut

 

Terdapat 14 belas kantong besar untuk menampung sampah, di mana isi kantong dan rotasi penggantiannya tergantung pada aliran sungai, kecepatan, jumlah sampah dan jenisnya.

Proyek percontohan ini bertujuan untuk membuktikan kinerja RCS. Luhut berharap, proyek percontohan dapat menghasilkan data sebenarnya sampah dari sungai, serta mendapatkan solusi pengelolaan sampah secara terpadu.

Luhut mengusulkan nantinya setiap perusahaan atau lembaga swadaya masyarakat menerapkan RCS untuk ditempatkan di sungai-sungai lainnya agar membantu sampah-sampah itu untuk diproses 3R (reduce, reuse, recycle).

"Ini akan membawa Indonesia lebih bagus lagi. Jika melihat sungai ini bisa bagus seperti ini kalau  kita lakukan bersih-bersih ini akan menjadi suatu kebanggaan untuk kita. Apa yang kita lakukan ini adalah untuk anak cucu kita dan untuk generasi mendatang," kata Luhut.

Peluncuran program ini merupakan tindak lanjut dari penandatanganan nota kesepahaman Program Percontohan Pembersihan Sungai-Sungai di Wilayah Jakarta pada 12 Juli 2017 yang dilanjutkan dengan perjanjian antara pemerintah Indonesia dan Belanda pada 26 April 2018.

Penelitian diharapkan dapat membantu dalam memahami karakterisasi sampah plastik di sungai, kajian daur ulang sampah, dan metode pengumpulan sampah plastik sebelum mencapai laut.

 

Baca juga: Sampah Menumpuk, Kemen ESDM: Sampah Kota Besar Mampu Hasilkan Listrik 2.000 MW

 

Dengan adanya kerjasama ini, Duta Besar Kerajaan Belanda untuk Indonesia Rob Swartbol mengatakan pihaknya bangga bahwa Indonesia memberikan perhatiannya kepada pengelolaan dan pengurangan sampah plastik di sungai.

"Saya bangga Pemerintah Belanda ikut mengembangkan teknik untuk mengurangi sampah plastik di sungai. Saya juga semakin bangga karena kita bekerja sama dengan Indonesia," kata Rob Swartbol.

Deputi Bidang Koordinasi SDM, IPTEK, dan Budaya Maritim, Safri Burhanuddin menjelaskan secara operasional alat ini sudah beroperasi sejak Maret dan diketahui komposisi sampah di kawasan tersebut antara lain berupa metal, kaca, karet kulit, tekstil, dan kayu di luar sampah organik. Namun, sampah plastik menduduki persentase tertinggi.

"Konsep ini, sampah yang akan diambil, dipilah dan diproses menjadi konsep ekonomi menjadi bahan produk sekunder yang dapat diekstraksi dan dikonversi menjadi nilai lain. Konsep ini sekaligus alternatif untuk meningkatkan kondisi ekonomi yang didukung visi pemerintah, inovasi dan perusahaan swasta," kata Safri.

Hasil program ini akan dilaporkan setelah 12 bulan beroperasi. Dari data yang terkumpul, kata Safri menjelaskan, akan dibangun sistem pengelolaan yang merupakan bagian dari infrastruktur pengelolaan sampah di Jakarta. Sehingga, sampah plastik yang terkumpul dapat ditangani dengan baik dan sesuai dengan peraturan pemerintah Indonesia.

Lipsus Selanjutnya
Wacana Impor Guru Membuat Para Guru Cemas
Lipsus Sebelumnya
Menristekdikti: Kolaborasi Antarnegara Dorong Indonesia Maju

Liputan Khusus Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar