Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri . foto: lenteraesai.com
SCHOOLMEDIA NEWS, Karangasem - Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) berkolaborasi dengan Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) UI serta Masyarakat Adat Geriana Kauh meresmikan “Museum Sanghyang Dedari Giri Amertha” di Desa Adat Geriana Kauh, Karangasem, Bali.
"Di tengah dinamika globalisasi yang menjadikan sebagian wajah Bali sebagai kota metropolitan, kami memiliki kekhawatiran bahwa Tarian Sang Hyang Dedari akan terancam punah,” kata Pengabdi Utama FIB UI Saraswati Putri di Karangasem, Bali, Selasa, 12 November 2019.
Baca juga: FIKES UMP Kembangkan "Digital Learning " dan "Digital Library"
Acara tersebut juga dihadiri oleh Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri yang juga sekaligus meresmikan Museum Sanghyang Dedari Giri Amertha tersebut.
Saraswati dan tim telah terjun langsung ke Desa Adat tersebut sejak tahun 2016, untuk memahami, berafeksi dan berinteraksi dengan masyarakat setempat.
“Kami melihat bahwa masyarakat Desa Adat Geriana Kauh menyadari akan pentingnya melestarikan warisan budaya leluhur mereka," katanya.
Untuk itu, kami menggagas pendirian museum ini sehingga dapat menopang keberadaan Tari Sang Hyang Dedari.
Usai peluncuran, Museum yang kami dirikan ini akan kami serahkan kepada masyarakat sehingga bangunan akan menjadi milik komunitas yang nantinya akan dijalankan untuk kepentingan warga desa.
"Kami mengarahkan warga adat setempat untuk dapat mempertahankan tradisi mereka sehingga ke depannya diharapkan Desa Adat Geriana Kauh dapat menjadi pusat ekowisata desa," katanya.
Tidak sebatas membangun dan mengisi Museum, Tim Pengmas FIB UI juga turut meningkatkan kapasitas masyarakat dengan memberikan edukasi pengelolaan museum sehingga masyarakat setempat dapat menjalankan operasional muesum secara swadaya dan profesional.
Selain itu, Tim Pengmas juga membagikan ilmu mitigasi bencana. Pengetahuan ini menjadi sangat krusial mengingat Desa Adat Geriana Kauh berlokasi di kawasan rawan bencana, khususnya dari ancaman lahar serta awan panas letusan api Gunung Agung.
Diharapkan, aksi nyata Tim Pengmas FIB UI di dalam membangun kapasitas dan kemandirian kelompok dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Baca juga: Ratusan Pelajar Jayawijaya Pindah Keluar Setelah Kerusuhan
Pendirian museum ini didasarkan atas semangat tim Pengmas FIB UI yang didukung sepenuhnya atas antuasias masyarakat untuk mencegah punahnya tradisi ritual tarian panen di wilayah Bali.
Diharapkan, pendirian museum berbasis komunitas yang diharapkan dapat menjadi wadah dokumentasi serta pelestarian Tari Sang Hyang Dedari, lontar dan kebudayaan lain bagi masyarakat setempat maupun turis lokal dan mancanaegara.
Museum dengan luas bangunan berkisar 100 meter persegi ini berdiri di tengah Desa Adat Geriana Kauh yang asri, hijau dan sarat akan budaya. Desa setempat dikenal sebagai desa dengan sawah padi organik yang memiliki daya tarik wisatawan.
Museum tersebut akan menjadi pusat dokumentasi Tari Sang Hyang Dedari baik itu foto, tulisan, maupun tayangan audio visual serta lontar berisi nyanyian Tari Sang Hyang Dedari.
Pendirian Museum telah dimulai pada 30 Oktober 2016 dan fisik museum telah tuntas diselesaikan pada akhir November 2018.
Pengerjaan Museum sempat terhenti akibat diterpa bencana meletusnya Gunung Agung pada September 2017.
Baca juga: Kapolda: 107 Mahasiswa Papua Sudah Kembali ke Jateng
Namun, bangunan tetap berdiri kokoh dan penataan interior serta diorama yang menampilkan Tarian Sang Hyang Dedari dan kebudayaan lainnya tetap dilanjutkan.
Tari Sang Hyang Dedari merupakan tarian sakral yang telah ditetapkan oleh Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO) sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia.
Saat ini, Desa Adat Geriana Kauh menjadi satu-satunya Desa di Bali yang secara konsisten menjalankan praktik ritual Tari menyambut panen “Tari Hyang Dedari”.
Tarian ini melibatkan anak-anak perempuan sebagai penari, komunitas penyanyi gending, dan seluruh masyarakat desa untuk mempersiapkan ritual persembahan lainnya.
250 Karakter tersisa