Akademisi IPB Jelaskan Gaya Pengasuhan Anak Saat Pandemi

Foto: Pixabay

 

Schoolmedia News, Jakarta - Dalam masa pandemi Covid-19, anak akan lebih banyak waktunya di rumah. Bahkan orang tua yang bekerja dari rumah, pasti banyak waktu bersama keluarga. Meski demikian, orang tua harus bisa tetap memberikan pengasuhan yang benar pada anaknya. Dengan harapan, anaknya dapat tumbuh menjadi pribadi yang sukses dan bahagia. 

Gaya pengasuhan anak atau parenting style merupakan kunci dalam terciptanya kepribadian anak. Terlebih di masa pandemi ini. Maka orang tua harus memberikan dorongan semangat, perhatian dan kasih sayang pada anak agar kesulitan di masa pandemi dapat mudah dilewati bersama. 

Kepala Divisi Perkembangan Anak Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia (IKK-Fema), IPB University, Dr. Dwi Hastuti berbagi tips. 

 

Baca juga: Embun Literasi Rangkum Karya Tulis Guru dan Karyawan

 

Gaya pengasuhan authoritativ

Menurut dia, di masa pandemi ini gaya parenting yang ideal adalah gaya pengasuhan yang umumnya telah dipraktikkan oleh masyarakat Indonesia, yaitu gaya pengasuhan authoritative. 

Gaya tersebut dinilai paling ideal karena seimbang antara kasih sayang, ekspresi emosi positif orang tua dengan tuntutan disiplin dari orang tua. Gaya pengasuhan ini, kata dia, cocok dipraktikkan saat usia anak masih di bawah lima tahun (balita), usia sekolah, maupun remaja.

Orang tua harus konsisten untuk memberikan kasih sayang, perhatian, penjelasan, berkomunikasi positif, serta tuntutan peraturan yang jelas pada anak. 

"Terkait dengan peraturan, akan lebih efektif jika hal ini telah disepakati oleh semua anggota keluarga," ujarnya seperti dikutip dari laman IPB University, Senin, 26 Oktober 2020.

Pada masa-masa sulit, orang tua harus sangat sensitif, karena studi yang ada menunjukkan bahwa anak-anak juga mengalam stres, sedih, takut, da tidak bahagia di masa pandemi ini.

 

Baca juga: Pelajar Indonesia Raih 9 Medali di Kompetisi Astronomi-Astrofisika Dunia

 

Tetapi, gaya authoritative tersebut ada kecenderungan berubah akibat beberapa faktor perubahan struktur keluarga. Seperti menjadi orang tua tunggal, kemiskinan atau kehilangan pekerjaan dan pendapatan, daya dukung lingkungan yang kurang seperti ketiadaan pengasuh pengganti, pasangan yang sibuk, atau bekerja di luar negeri atau tempat yang jauh. 

 

Kunci kebahagiaan keluarga

Maka dari itu penting bagi calon orang tua agar:

1. Mampu mempersiapkan rumah tangga baik dari aspek ekonomi. Hingga matang secara emosi dan rohaninya. Sehingga tidak akan membuat anak hidup pada situasi yang negatif kepada orang tuanya ataupun menjadi bibit permasalahan psikis pada anak di kemudian hari. 

2. Pentingnya membangun lingkungan keluarga yang kondusif, penuh kehangatan, rasa saling menghormati, dan saling percaya antara pasangan suami istri. 

"Ini juga merupakan kunci kebahagiaan keluarga yang dibutuhkan si anak, karena anak adalah 'sang peniru ulung'," jelasnya. 

Tak hanya itu, jika disertai dengan pola komunikasi yang positif dan terbuka, walaupun orang tua bekerja di tempat yang jauh, rasa percaya anak terhadap orang tua akan tetap tumbuh. 

 

Baca juga: 40 Siswa SMAN 1 Toapaya Terima Beasiswa dari Baznas

 

Pondasi tersebut dapat dibangun mulai dari usia yang sangat dini yaitu 2-3 tahun pertama kehidupan karena anak menyimpan memori sadar dan bawah sadar dari apa yang dilihat dan didengarnya, dalam otak anak yang berkembang pesat di usia kanak-kanak. 

"Kondisi lingkungan keluarga yang harmonis adalah dasar utama pembentukan anak, sehingga keluarga mampu memberikan Attention-Bonding-Communication (ABC of parenting), yang disertai dengan Role Modelling (keteladanan) untuk menumbuhkan anak-anak berkualitas," ujarnya.

Dwi Hastuti berpesan pada orang tua akan selalu ingat bahwa anak adalah titipan dari Tuhan, dan merekalah yang merupakan sumber kehangatan dan kasih sayang bagi anak. Sehingga nantinya anak akan merasa percaya diri dan berharga di mata orang tuanya. 

Bagi orang tua yang mendapatkan anak yang sulit (difficult child) atau anak berkebutuhan khusus (disability child) harus melihat pula bahwa anak boleh jadi merupakan sumber ujian kesabaran bagi kedua orangtuanya.

Komentar

250 Karakter tersisa