Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri hadiri deklarasi pembentukan Masyarakat Robotika Indonesia di Bogor, Jawa Barat, Rabu, 9 Januari 2019, Foto: Kemnaker.go.id
Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri menghadiri deklarasi pembentukan Masyarakat Robotika Indonesia di Kota Bogor, Jawa Barat. Ke depan, kehadiran komunitas ini diharapkan dapat berkontribusi kepada masyarakat dalam menghadapi era digitalisasi.
"Masyarakat Robotika bisa memberikan kontribusi dengan edukasi kepada masyarakat mengenai perubahan dunia sekarang yang sudah banyak berbasis teknologi digital," Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri, Bogor, Rabu, 9 Januari 2019.
Hanif menjelaskan, banyak perubahan terjadi yang menuntut kecepatan, kreativitas dan inovasi. Dari sisi tenaga kerja, menurut Hanif, era digital telah menggerus banyak jenis pekerjaan, dan menggantikannya dengan jenis pekerjaan baru. Jenis pekerjaan yang hilang di era digital seperti pengantar surat, dan penjaga gerbang tol, termasuk industri rokok yang tidak lagi menggunakan tenaga manusia.
"Tren di kalangan generasi muda kita untuk inovasi cukup tinggi, pekerjaan saat ini modelnya 'working without job," kata Hanif.
Ia mencontohkan warga Ponorogo, Pardi, bekerja sebagai 'youtuber' dengan penghasilan 20 sampai 35 juta per bulan. Bagi warga Jabodetabek penghasilan tersebut mencukupi, apalagi masyarakat di pedesaan. Tetapi menurut pandangan masyarakat, Pardi hanyalah seorang pengangguran yang bekerja merekam video, dan berbekal laptop jadul ia menunggahnya di 'youtube'.
Hanif menyebutkan, pekerja seperti dokter, atau perbankan dimengerti oleh orang tua saat ini karena institusi dan namanya jelas.
"Tetapi pekerjaan sekarang itu ada yang namanya 'big data analisis' sebagai youtuber, orang tua kita ngerti youtube tapi tidak tau cara bagaimana menghasilkan uang dari pekerjaan itu," kata Hanif. Bahkan sekelas senator di Amerika, kata Hanif melanjutkan, mempertanyakan bagaimana Mark Zuckerberg mendapatkan uang melalui Facebook.
"Paradigma berpikir sekarang sudah berganti dari kerja tetap atau tetap bekerja. Hal ini yang butuh edukasi yang lebih baik, zaman memang berubah, dunia berubah, dan apakah kita siap dengan perubahan itu," kata Hanif.
Dengan edukasi, Hanif melanjutkan, ketika masyarakat Indonesia sadar dengan era digitalisasi, maka mereka bisa memanfaatkannya dengan sangat baik dan produktif. Tercatat, pengguna internet di Indonesia saat ini sebesar 143 juta dengan rata-rata durasi penggunaan internet dalam sehari sekitar empat jam.
"Problematika ketika masuk ke dunia serba digital kita tidak cukup siap. Hal-hal ini jadi tantangan, memastikan digitalisasi memberikan manfaat secara produktif," kata Hanif.
Sementara itu Ketua Yayasan Rumah Robot Indonesia, Jully Tjindrawan menyebutkan pihaknya sedang menyiapkan kurikulum pendidikan terkait robotik dalam rangka mendukung program pemerintah menyiapkan sumber daya manusia menghadapi era revolusi industri 4.0.
"Kita ingin menjadi partner pemerintah dalam mempersiapkan beberapa hal penting untuk menyambut datangnya era digital industri 4.0," kata Jully.
Dewan Pengawas Masyarakat Robotika Indonesia, Dewi Motik Pramono mengingatkan pentingnya karakter dan interaksi antara manusia, sehingga era robotik tidak perlu dikhawatirkan.
"Karena yang menciptakan robot itu adalah manusia, artinya manusia lebih unggal dari robot. Kerja boleh dengan robot, tapi interaksi person to person tidak boleh hilang," kata Dewi.
Pembentukan Masyarakat Robotika Indonesia merupakan kerja sama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Robotic Explore untuk menyatukan beberapa komunitas, membuat satu wadah organisasi yang diharapkan menjadi standar perkembangan dunia teknologi robotika.
Tinggalkan Komentar