Pendidikan Seks Penting Diberikan Sesuai Usia Anak, Mulai dari Hal Sederhana

Foto: Unsplash

 

Schoolmedia News, Jakarta – Banyak yang beranggapan bahwa pendidikan seksual merupakan hal yang tabu untuk dibicarakan dengan anak sebelum mereka dewasa. Padahal, hal ini justru dapat memberikan pemahaman kepada anak dan membekali anak agar lebih sadar dan peduli dengan kesehatan seksual mereka nantinya. Pendidikan seksual merupakan informasi penting yang perlu diketahui oleh anak. 

Melalui diskusi seputar hal-hal yang bersifat seksual, anak pun bisa lebih memahami pentingnya seksualitas sebagai bagian dari kesehatan tubuh, bukan sekadar hubungan antara pria dan wanita. Pada dasarnya, tidak ada kata terlalu cepat untuk memulai pendidikan seks pada anak. Sejak bayi, anak akan menunjukkan ketertarikan pada anggota tubuhnya. Beberapa pakar mengatakan bahwa sejak usia 18 bulan, saat anak sudah mulai dapat diajak berkomunikasi dua arah.

Pendidikan seks/reproduksi atau sex education adalah hal penting yang perlu diajarkan kepada anak sejak dini. Namun, setiap materinya perlu diberikan secara bertahap sesuai usia anak. Seperti disampaikan Ketua Yayasan Kesehatan Perempuan (YKP) Zumrotin Kasru Susilo. Menurutnya, pendidikan seks perlu ditanamkan sejak dini agar anak mampu menghindari tindakan pelecehan atau kekerasan seksual yang mungkin terjadi.

 “Materi pendidikan kesehatan reproduksi itu harus diberikan sesuai dengan usia anak. Jadi kalau untuk anak usia dini tentu saja tidak bisa dijelaskan tentang proses menstruasi dan sebagainya,” ujar Zumrotin dalam seminar daring Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), Jumat (19/2/2021).

 

Baca jugaPuluhan Ribu Warga India Tak Datang untuk Vaksinasi COVID-19

 

Hal-hal dasar tentang seks yang bisa diajarkan kepada anak usia dini adalah tentang bagian-bagian tubuh yang tidak boleh dipegang oleh sembarang orang. Misal memberitahukan bahwa bagian payudara tidak boleh dipegang oleh orang lain agar anak bisa menghindar atau melapor jika terjadi hal tersebut.

“Kelihatannya informasi ini sederhana, tapi informasi ini dapat meningkatkan kewaspadaan anak tersebut. Kalau dia dipegang oleh orang lain maka dia tidak akan mau.”

Pembelajaran tentang seks dan kesehatan reproduksi harus berkembang seiring dengan pertambahan usia. Jika di tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD) informasi yang diberikan adalah tentang bagian tubuh yang tidak boleh dipegang, maka beranjak sekolah dasar (SD) pendidikan seks pun tidak hanya berhenti sampai di situ.

“Jika anak sudah SD dan persiapan menuju masa menstruasi maka informasi yang diberikan pun berbeda, berikan semacam warning agar anak bisa lebih menjaga tubuh.”

Zumrotun juga menyarankan untuk para orangtua dan guru menyebutkan alat kelamin sesuai dengan bahasa yang seharusnya. Misal, kelamin pria disebut penis dan kelamin wanita disebut vagina.

“Banyak sekali guru yang tidak mau menyebutkan namanya secara langsung dan memilih menggunakan istilah samaran sehingga anak-anak pun menjadi bingung. Kalau alat reproduksi seharusnya sebutkan saja namanya, jangan dibelok-belokkan,” katanya.

Komentar

250 Karakter tersisa