Lulusan D4 Bisa Lanjut Kuliah S2 di Indonesia dan Luar Negeri

Foto: Unsplash

 

Schoolmedia News, Jakarta – Tanpa disadari, masih banyak orang yang belum memahami perbedaan antara jenjang sarjana dengan sarjana terapan. Sarjana terapan merupakan jenjang pendidikan diploma yang setara dengan jenjang sarjana (S1). Nama lain dari jenjang ini ialah diploma empat (D4). Dikatakan setara lantaran memiliki bobot keilmuan yang setara dengan jenjang S1. Perbedaannya hanya pada perbandingan bobot keilmuannya. 

Bila pada jenjang sarjana, bobot teori keilmuan berkisar 70% sedangkan bobot praktiknya sebesar 30%. Sebaliknya pada jenjang D4, bobot praktiknya lebih tinggi dibanding teori keilmuannya. Sebagai lulusan D4, kamu pun mendapat gelar sarjana terapan. Sama seperi S1, lulusan D4 juga bisa melanjutan ke jenjang S2. Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Wikan Sakarinto mendorong bagaimana lulusan D3 bisa ditingkatkan menjadi sarjana terapan dalam pendidikan vokasi.

"Yang kita kuatkan adalah setelah SMK adalah D2 dan sarjana terapan, kita mendorong D3, di upgrade menjadi sarjana terapan. Kalau membutuhkan tenaga kerja teknisi ataupun operator ambilnya D2. Itu rancangan kebijakan kita. Kita juga mendorong terbentuknya S2 terapan dan kelak S3 terapan," katanya menjelaskan.

Dia berharap ke depannya, siswa pendidikan vokasi lulusan D4 atau sarjana terapan, bisa melanjutkan S2 terapan baik di dalam maupun luar negeri. Inovasi yang ingin dicapai adalah bagaimana perkawinan antara pendidikan vokasi dan dunia kerja bisa berjalan dengan baik.

 

Baca jugaMenlu Retno Serukan Kembali Solidaritas terhadap Akses Vaksin di PBB

 

"Terobosan kita menikahkan SMK dengan perguruan tinggi vokasi, bisa politeknik atau vokasi universitas kita nikahkan SMK, D2 fast track," imbuhnya.

Adapun upaya yang telah dilakukan oleh Dirjen Vokasi adalah melakukan MoU antara dunia vokasi dan Industri. Melalui link and match, diharapkan tak hanya sebatas perjanjian kerjasama biasa.

"Sehingga link and match ini ada 8 paket, kurikulum sinkron, soft skill karakter tahu bagaimana mengajarnya, guru tamu, expert dari industri minimal mengajar 50 jam, magang atau internship minimal satu semester, sertifikasi kompetensi dan lainnya," katanya.

Dia menambahkan, adapun tiga poin penting pendidikan vokasi, pertama pendidikan Vokasi adalah ilmu terapan. Dua, cenderung lebih spesifik, meski wilayahnya tidak sempit. Misalnya underwater welding. Atau mungkin Voice Over, Content Writer. Lebih spesifik, lebih dalam tapi tak sempit," katanya.

Ketiga, lanjut Wikan, harus relevan atau match, cocok dengan yang dibutuhkan oleh dunia kerja masa kini. Pendidikan Vokasi ini juga identik dengan sebuah perubahan di masa depan.

"Anak vokasi harus mencintai proses belajarnya. Karena harus menghadapi tantangan baru, sehingga siap untuk belajar hal baru," pungkasnya.

Komentar

250 Karakter tersisa