Link and Match Program Vokasi di SMK Tidak Berhenti Pada MOU

 

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim tengah berdialog dengan kepala sekolah dan siswa SMK di Sorong, Papua. Foto : BKHM Kemdikbud 

Schoolmedia News, Jakarta - Kesepadanan dan kesesuaian (link and match) pendidikan vokasi dan industri tidak boleh berhenti pada penandatanganan kerja sama (MoU) belaka. Lebih dari itu, Mendikbud mengatakan, industri dituntut untuk melakukan kerja sama hingga menyerap lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

"Kemitraan SMK dengan industri jangan sebatas MoU. Kemitraan haruslah sampai lulusan SMK diserap oleh industri,” demikian disampaikan Mendikbud di SMK Pelayaran dalam kunjungannya ke Sorong, akhir pekan. 

Untuk memuluskan program link and match vokasi dengan industri tersebut, Mendikbud mendorong adanya bimbingan dari perguruan tinggi. Ini penting, kata Mendikbud, karena SMK kerap kali kesulitan mencari mitra industri. "Universitas yang membina beberapa SMK, akan lebih mudah menemukan kemitraan dengan industri," jelas Nadiem.

Dalam kesempatan tersebut, Mendikbud juga menekankan pentingnya asesmen nasional (AN) yang akan digelar tahun ini. Mendikbud mengatakan bahwa AN diharapkan dapat mendorong kemampuan literasi dan numerasi para siswa SMK. "Kemampuan berbicara yang lugas, kemampuan memecahkan masalah, dan kecakapan numerasi bisa dibilang sangat penting dimiliki lulusan SMK jika ingin terserap di dunia kerja,” ujar Mendikbud.

Baca Juga : Mas Menteri Kunjungan Kerja ke Sorong Papua

Sementara itu Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbud, Wikan Sakarinto menegaskan bahwa lulusan SMK dituntut tidak hanya mengusai keahlian yang bersifat teknis atau hard skill, namun juga soft skill seperti kedisiplinan, sikap, dan karakter. Oleh karena itu, ke depannya Wikan akan meminta Politeknik Maritim Semarang (Polimarin), untuk menjadi kakak pendamping bagi SMK Pelayaran Ampari, untuk menyusun kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan industri. 

Wikan berharap, SMK di seluruh Indonesia tidak mengesampingkan pendidikan karakter, sehingga lulusan SMK bisa bersaing di dunia usaha, dunia industri, dunia kerja (Iduka). "Karakter, kedisiplinan, dan sikap itu diciptakan dalam enam semester pembelajaran. Bisa saja dari enam semester itu, tiga semester dipelajari sambil magang," kata Wikan. 

Pada kunjungan kerjanya ke Provinsi Papua Barat, Mendikbud juga melakukan kunjungan ke SMK Negeri 3 Kota Sorong dan berdiskusi dengan para kepala sekolah, guru, dan siswa. Kepada para kepala sekolah, Mendikbud menekankan pentingnya menanamkan pola pikir  kewirausahaan bagi para siswa. 

"SMK yang unggul bukan yang hanya berpikir tentang sistem pendidikan, tapi juga kewirausahaan. Buatlah produk hebat dan menjual. Dengan begitu kita bisa menghasilkan SDM yang inovatif. Saya mengajak para kepala sekolah, guru dan siswa, untuk bisa membayangkan bahwa kita adalah wirausahawan," ujar Mendikbud.

Pada kesempatan yang sama, Wikan Sakarinto juga mendorong SMK untuk segera melakukan link and match dengan industri melalui program pernikahan massal vokasi-industri.  Wikan juga mengajak SMK untuk menggandeng perguruan tinggi vokasi (PTV), baik dengan universitas yang memiliki program studi diploma maupun politeknik. Kerja sama tersebut bertujuan membuka berbagai kerja sama lebih jauh, antara lain SMK Jalur Cepat dan program mentoring.

"Mahasiswa D4 Alat Berat di UGM, misalnya, bisa satu semester menjadi instruktur di sini untuk memperkuat SMKN 13 Kota Sorong. Dengan demikian, bisa terkuak potensi yang belum ketemu," imbuh Wikan. 

Wikan menambahkan, sebagai pemicu untuk meningkatkan link and match vokasi-industri, pemerintah juga menjanjikan insentif super tax deduction yang akan memberikan keuntungan bagi industri. "Super tax deduction ini bisa menjadi pendanaan yang tidak ada batasnya," ucap Wikan. 

Penulis : Keke Lovina 

Komentar

250 Karakter tersisa