Cari

Enam Pondasi Pembentukan Karakter Anak Harus Diperkuat

 

Schoolmedia News Jakarta ---- Pelaksana Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbudristek, Drs Zulkifli Anas, M.Ed menegaskan keberhasian kurikulum merdeka tidak terfokus pada persoalan administrasi tetapi kepada bagaimana menciptakan pembelajaran bermakna, menyenangkan dan berhasil membuat siswa bahagia untuk datang ke satuan pendidikan guna belajar dan berinteraksi bersama guru dan temannya di sekolah. 

"Terdapat tiga lingkup capaian pembelajaran paud pada kurikulum merdeka fase fondasi yaitu nilai agama dan budi pekerti, jati diri, dan dasar literasi dan steam. Poin atau esensi dari kurikulum merdeka adalah mengubah proses pembelajaran bukan hanya sebagai pemenuhan kewajiban tetapi menjadi sebuah proses pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan,"  ujar Zulkifli Anas dalam pembukaan Bimbingan Teknis Pokja Bunda PAUD Batch ke IV di Makassar, Sulawesi Selatan.

Kegiatan Bimtek Pokja Bunda PAUD diikuti sekitar 300 orang Bunda PAUD dan Pokja Bunda PAUD yang berasal dari 7 provinsi dan 130 Kabupaten/Kota. Kegiatan dibuka Ketua Pokja Kemitraan Daerah dan Pemberdayaan Komunitas Direktorat PAUDIrfan Karim, S.IPem, M.Pd. Acara dihadiri Kepala Balai Besar Guru Penggerak Provinsi Sulawesi Selatan, Dr Arman Agung, M.Pd, Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar, H Muhyiddin, SE, Kepala Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan yang diwakili Kepala Bagian Umum BBPMP Sulses, Dr Muhammad Anis, M.Si 

Turut hadir dalam pembukaan kegiatan Bunda PAUD Kabupaten Sikka, Maria Cahyani, Bunda PAUD Kabupaten Timor Tengah Utara, Dra Elvira Berta Maria Ogom dan Bunda PAUD Kabupaten Bellu, Rinawati Br Perangin Angina.

"Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hadjar Dewantoro pada suatu kesempatan mengatakan, “Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri, pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu. Sejalan dengan pernyataan pahlawan nasional tersebut, maka para pendidik selayaknya menyadari bahwa perkembangan seorang anak adalah di luar kehendak apalagi kekuasaan kita.

Dikatakan, meski seorang guru  tengah mengajarkan sebuah pengetahuan, bila sampai melakukan intervensi berlebihan tidak pada tempatnya, berarti kita sama saja dengan menghancurkan mimpi, harapan dan  melawan hak anak. 

Para pendidik diajak mendorong siswa mengenali siapa dirinya, menjelaskan apa makna dari sesuatu yang tengah dipelajari. Berikutnya, bagaimana situasi harus dibangun sehingga siswa sungguh  memiliki cukup ruang untuk tumbuh kembang sesuai kodrat. 

Masih ditambahkannya pula dengan semangat menggebu: “ Karena pendidikan itu sebetulnya dunia anak-anak, kitalah yang harus memasuki dunia mereka. Bukan sebaliknya menarik mereka ke dunia kita.”

Bisa jadi keunikan seorang anak tidak terakomodasi dalam sistem yang telah ada. Ini sama sekali bukan kesalahan anak. Jangan pernah mengubah kemampuan anak untuk mengikuti sistem. Justru sistem harus bisa mengakomodir setiap kemampuan dan keunikan itu.

Dikatakan, Tuhan tidak pernah menciptakan produk gagal. Setiap insan menempati ruang serta tempat masing-masing. Ketika konsisten dengan tempat dan ruangnya, yakinlah anak semakin bermakna dalam membangun kehidupan dimasa depan.

Akan tercetak pribadi-pribadi siap pakai. Sebab selama proses pembelajaran, dunia pendidikan sudah membantu siswa menemukan potensi uniknya. Tiba pada masa akhir pendidikan, terjamin kemampuannya mengidentifikasi kemampuan dan keunikan diri tadi. Tinggal melangkah diantara penetapan pilihan bidang pekerjaan sesuai latar belakang pendidikan.

Setiap guru tidak hanya diminta untuk mampu memberikan pengajaran yang terbaik dengan pola mengajar diferensiasi, tetapi juga lebih mendalam dan bermakna. Pemenuhan Capaian Pembelajaran tidak hanya dibatasi dalam 1 tahun ajaran namun memiliki durasi yang lebih fleksibel yaitu pada fase fondasi di satuan PAUD dan pada  fase A : Usia Mental ≤ 7 Tahun dan Umumnya Kelas I dan kelas II. "Karena itu transisi PAUD ke SD yang menyenangkan ini sangat penting dilakukan," ujarnya.

Capaian Pembelajaran PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA) merupakan fase fondasi. Pengertian fase fondasi PAUD adalah fase yang menjadi pijakan pertama anak di dunia pendidikan dan tujuannya adalah memfasilitasi tumbuh kembang anak secara optimal, yang tidak hanya siap bersekolah, namun lebih siap menempuh perjalanannya dalam berkembang dan berperan dimasa depan anak dikemudian hari.

Hapus Tes Calistung 

Ketua Pokja Kemitraan Daerah dan Pemberdayaan Komunitas Direktorat PAUD, Irfan Karim, S.IPem, M.Pd yang membacakan sambutan Plt Direktur PAUD, Komalasari mengatakan  Transisi PAUD ke SD Yang Menyenangkan ini didasari karena kondisi kemampuan fondasi anak masih dimaknai secara sempit hanya pada baca tulis hitung saja.

"Akibatnya Sekolah Dasar menerapkan tes calistung sebagai dasar penerimaan peserta didik baru, karena ingin memudahkan upaya sekolah dalam melakukan pembinaan. Manfaat layanan PAUD menjadi kurang jelas. Antara mengikuti tuntutan untuk fokus ke calistung atau mengikuti peraturan/kebijakan PAUD yang tidak mewajibkan anak bisa membaca, tulis hitung saat selesai berpartisipasi di PAUD" ujarnya.

DIkatakan, masih diberlakukan tes calistung sebagai bagian dari penerimaan peserta didik baru (PPDB) di SD dan Madrasah Ibtidaiyah menjadi alasan mengapa seharusnya tidak diberlakukan lagi tes calistung di Sekolah Dasar: Masih banyak anak-anak yang belum pernah mendapatkan kesempatan belajar di PAUD, sehingga belum memperoleh pembinaan kemampuan fondasi apapun.PAUD belum menjadi wajib belajar sehingga masih terdapat 25,06 % anak langsung masuk SD tanpa mengikuti PAUD.

Kondisi ini semakin parah di masa pandemi dimana terdapat sekitar 500 ribu anak PAUD tidak menyelesaikan PAUD.Pendidikan dasar merupakan layanan yang wajib diterima. Sangat tidak tepat apabila anak harus melalui tes untuk mendapatkan hak-nya. Tes calistung sudah dilarang melalui Peraturan Pemerintah nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, dan Permendikbudristek nomor 1 tahun 2021 tentang PPDB.

Melalui Penguatan Transisi PAUD-SD Diharapkan Terjadi Perubahan pada Berbagai Kegiatan di Satuan Pendidikan. Dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di satuan SD tidak boleh lagi melakukan tes baca tulis hitung (calistung) sebagai dasar penerimaan peserta didik baru yang berasal dari satuan PAUD atau belum pernah mengikuti PAUD. SD membina kemampuan literasi dan numerasi yang lebih luas dari kemampuan calistung dan membangun kemampuan fondasi anak.

Dua Minggu Pertama Tahun Ajaran Baru di PAUD dan SD, satuan pendidikan dapat merancang kegiatan pembelajaran untuk periode dua minggu pertama yaitu Perkenalan peserta didik (dan orang tua) dengan lingkungan belajar baru selama maksimal 3 hari dan Perkenalan sekolah dengan peserta didik baru melalui asesmen awal oleh guru, di hari-hari selanjutnya.

Selain itu, lanjut Irfan, proses pembelajaran menyenangkan di PAUD dan SD menjadi fokus utama pelaksanaan pendiidkan, Guru PAUD dan SD harus mampu memilih kegiatan pembelajaran yang memberikan pengalaman menyenangkan dan membangun kemampuan fondasi, melaksanakan kegiatan asesmen di kelas dengan teknik yang menguatkan sikap belajar positif, serta menyusun informasi perkembangan anak yang penting diketahui orang tua/ wali murid. Penguatan Gerakan Transisi PAUD-SD dilakukan dengan mekanisme yang melibatkan berbagai pihak.

Peliput dan Foto : Eko 

 

 

Artikel Selanjutnya
Indonesia Pimpin ASEAN Coast Guard Forum 2023
Artikel Sebelumnya
Diperlukan Sinergitas Bantuan Multi Program Untuk Percepat Penanganan Kemiskinan Ekstrem

Artikel Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar