Cari

Citayam Fashion Week, Representasi Kaum Muda Menengah ke Bawah

 

Schoolmedia News Jogyakarta ---- Belakangan ini muncul komunitas anak muda yang berasal dari Depok, Citayam dan Bojong Gede membanjiri jalanan di kawasan bisnis dan perkantoran di jalan Sudirman, Jakarta. Mereka memunculkan fenomena baru disana, sebagai area publik untuk unjuk ekspresi. Lalu, muncullah ide kegiatan Citayam Fashion Week yang dikenal luas oleh masyarakat. Sebagai bagian dari kegiatan fashion jalanan, apakah kemunculan Citayam Fashion Week ini bisa dikatakan ekspresi anak muda atau fenomena budaya musiman?

Menurut sosiolog UGM, Derajat Sulistyo Widhyarto, S.Sos., M.Si., kemunculan Citayam Fashion Week sebagai bagian pembentukan budaya baru yang dilakukan oleh anak muda sehingga perlu diapresiasi. “Salah satu karakter kaum muda adalah pencipta budaya dan kebudayaan youth culture. Fenomena Citayam mempunyai efek budaya dari kebudayaan tersebut,” katanya, Rabu (20/7).

Kemunculan mereka yang menggunakan area publik di pusat kota sebagai lokasi unjuk ekspresi serta memilih gaya busana sebagai pilihan budaya baru sangat brilian karena gaya busana bagian dari budaya yang bisa diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.”Ruang kota menawarkan tantangan baru yakni kesempatan untuk mendorong pembentukan budaya mengikuti budaya yang bisa diterima adalah fashion,” jelasnya.

Para anak muda yang melakukan peragaan busana di jalanan ibu kota ini umumnya berasal dari kota-kota penyangga Jakarta. Bahkan, mereka juga berasal dari keluarga kelas menengah ke bawah yang seakan menunjukkan bahwa apa yang mereka lakukan melawan arus fenomena budaya konsumerisme dan pamer kemewahan yang ditunjukkan para pegiat medsos dan influencer.”Mereka memang kalah bertarung dengan kaum muda menengah ke atas yang sudah masuk ruang bisnis kota. Maka Citayam adalah representasi kaum muda menengah ke bawah dan menjadi bagian dari eksistensi baru mereka dalam mengisi ruang kota dan sekaligus pembentuk budaya muda kota,” ujarnya.

Meski begitu, kaum muda ini menurut Derajat Sulistyo juga menggunakan media digital untuk memperkuat gaung ruang ekspresi budaya baru mereka. “Kaum muda di sana paham betul jika Jakarta adalah ruang yang bisa mewakili daya tarik dan meningkatkan audiens. Maka mereka dengan sadar menjadikan Jakarta sebagai ruang penciptaan budaya,” paparnya.

Namun, ada hal yang disoroti oleh Derajat adalah cara gaya busana yang digunakan para komunitas Citayam ini yang memilih menggunakan baju pinjaman atau membeli dengan harga murah. Berbeda dengan yang dilakukan oleh kaum muda perkotaan.

“Menggunakan baju pinjaman sampai dengan membeli dengan harga murah, hal inilah yg membentuk kritik konsumsi fashion kaum muda kota yang terjebak memakai baju produk industri,” katanya.

Tips Insecure

Dosen Fakultas Psikologi UGM, Acintya Ratna Priwati, S.Psi., M.A., menjelaskan insecure merupakan perasaan tidak mampu, kurang percaya diri, disertai dengan ketidakpastian dan kecemasaan akan tujuan, kemampuan maupun hubungan dengan orang lain.

"Insecurity ini bisa muncul dalam berbagai bentuk yang secara umum terkait dengan perasaan ditolak, tidak dicintai, merasa terisolasi dan lainnya," terangnya saat dihubungi.

Perasaan tersebut dikatakan Acintya dapat muncul karena secara alami manusia telah terbiasa membandingkan diri, memberikan penilaian, maupun mengevaluasi diri. Salah satunya karena pengalaman masa lalu yang kurang menyenangkan. Pengalaman tersebut bisa berupa komentar negatif dari orang yang dianggap penting ataupun melihat pengelaman orang lain yang kurang menyenangkan. Kondisi itu menjadikan seseorang ingin menghindari perilaku tersebut dan menyesuaikan perilaku.

"Peristiwa ini terekam dalam memori tidak sadar dan membentuk pola perilaku tertentu pada diri kita maupun orang lain (critical inner voices)," jelasnya.

Faktor lainnya adalah berada dalam situasi yang melibatkan kecemasan sosial. Misalnya, terlibat dalam aktivitas yang dijalani bersama orang lain sehingga orang lain memperhatikan diri kita maupun sebaliknya diri kita berpusat kepada orang lain. Hal itu menyebabkan munculnya pemikiran membandingkan diri sendiri dengan orang lain.

"Insecure ini juga timbul karena kepercayaan diri yang tidak tinggi," imbuhnya.

Acintya memaparkan ada berbagai bentuk insecure. Salah satunya dalam relasi pertemanan akan ada perasaan untuk terus menerus membandingkan diri dengam teman dalam kelompok. Lalu merasa lebih rendah ataupun iri terhadap pencapain teman dalam kelompok.

"Membandingkan diri dengan lingkungan itu hal wajar, tetapi tugas kita adalah mengubah rasa negatif dalam diri menjadi motivasi untuk jadi individu yang lebih baik," ucapnya.

Dalam relasi hubungan romantis, insecure bisa muncul dalam bentuk cemburu atau bergantung secara berlebihan. Selain itu, selaku mencari persetujuan  maupun bergantung dengan pasangan.

Sementara dalam relasi hubungan kerja, insecure bisa berupa terus merasa kompetitif dalam berbagai bidang, memberi alasan untuk mengkritisi orang lain, atau justru menunda pekerjaan maupun tugas yang diberikan.

"Walau manifestasi perilakunya beragam, namun kunci perilakunya adalah memperlihatkan ke orang lain bahwa dirinya lebih baik dibanding orang lain,"tuturnya.

Lebih lanjut Acintya menjelaskan bahwa rasa insecure berdampak pada kehidupan seseorang. Orang yang merasa insecure kurang bisa menerima diri sendiri karena tidak melihat keadaan secara objektif. Hal ini berakibat pada perilaku sabotase diri seperti perfeksionis atau justru menunda tugas/pekerjaan.

Lalu orang yang merasa insecure sangat bergantung pada penilaian orang lain. Kondisi ini muncul karena diri sendiri kurang mendapatkan suplai dukungan bagi diri sendiri.

Disamping itu, juga berdampak pada hubungan dengan orang lain. Sebab, insecurity membuat seseorang mudah tenggelam dalam perasaan negatif yang akan berujung pada perasaan negatif lainnya.

Lalu bagaimana mengatasi insecurity? Acintya menyampaikan untuk mengenali kondisi diri sebaik mungkin. Kapan diri dalam kondisi terbaik maupun terburuk, termasuk mengidentifikasi saat diri cenderung melakukan perbandingan sosial. 

Selanjutnya, menerima emosi dan perbandingan diri yang dilakukan oleh diri secara otomatis. Mencari umpan balik dari orang yang dapat dipercaya dan menyampaikan secara lugas. 

"Jika kurang nyaman menyampaikan langsung maka bisa mengurai isi pikiran diselembar kertas bisa membantu menyalurkan emosi,"paparnya.

Belajar dari kesalahan dengan menguatkan self esteem maupun self confidence. Kemudian melakukan hal terbaik untuk mengejar tujuan personal. Selain itu, terbuka terhdap berbagai strategi pengembangan diri. Apabila dirasa membutuhkan bantuan hubungi profesional.

 

Artikel Selanjutnya
Kenaikan Tiket Pesawat Akan Dorong Perpindahan Penumpang ke Transportasi Laut
Artikel Sebelumnya
Antrian Malaysia 141 Tahun, Indonesia 43 Tahun, Ini Persamaan dan Perbedaan Haji Kedua Negara

Artikel Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar