Cari

Tiga Pesan Kesehatan dan Layanan Untuk Jamaah Haji Indonesia

 

Schoolmedia News Jakarta --- Setelah dua tahun ibadah haji dilakukan terbatas, tahun ini umat Muslim diseluruh dunia kembali diperbolehkan melaksanakan rukun Islam kelima ini. Meski demikian, protokol kesehatan dan sejumlah aturan tetap diberlakukan oleh pemerintah Arab Saudi mengingat pandemi COVID-19 belum berakhir.

Kementerian Kesehatan selaku pihak yang bertanggungjawab terhadap layanan kesehatan jemaah haji Indonesia selama musim haji telah melakukan sejumlah upaya demi mencegah angka kematian maupun angka kesakitan para calon haji selama beribadah di Tanah Suci. Kemenkes juga menyampaikan imbauan kepada para jemaah agar dapat terhindar dari kemungkinan terkena risiko penyakit.

“Perlu kita ingatkan pada jemaah, bahwa tahun ini kita dihadapkan pada dua situasi, pertama pandemi belum selesai dan kedua suhu ekstrem panas. Untuk itu Ada beberapa langkah yang perlu kita antisipasi, paling tidak ada 3 langkah pokok yang perlu diantsipasi jemaah,” ujar Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes, dr. Budi Sylvana, MARS., saat melakukan jumpa pers di saluran YouTube Kemenkes, Kamis 2 Juni 2022.

Tiga langkah antisipasi yang yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Pertama, pandemi belum selesai begitu juga penyakit menular lainnya, untuk itu para jemaah haji diminta tetap menerapkan protkes.

Kedua, terkait dengan suhu ektrem, para jemaah disarankan untuk menghindari paparan panas di luar gedung, selalu menggunakan APD seperti topi, sun block, kacamata hitam, sesering mungkin menyemprotkan tubuh dengan cairan yang diberikan, tidak menggunakan baju hitam atau gelap karena akan menyerap panas.

Ketiga, yang harus diantisaipasi adalah hindari kelelahan yang berlebihan. Untuk itu jemaah diminta fokus pada wajib hajinya yaitu pada arofah, muzdalifah dan armina.

“Silahkan melakukan aktivitas ibadah yang lainnya namun disesuaikan, jamaah punya cukup waktu untuk melakukan ibadah-ibadah sunah,” kata Budi. “Tentunya jangan lupakan hastag kita #jangantungguhaus, itu penting sekali untuk menghindari dehidarasi dan heat stroke.”

Dokter Budi menambahkan, pihak General Authority of Civil Aviation of Saudi Arabia (GACA) atau otoritas penerbangan di Arab Saudi baru saja mengkonfirmasi terkait syarat PCR Negative bagi para calon haji. Jika semula diminta hasil PCR sudah keluar maksimal 48 jam sebelum keberangkatan kini syarat tersebut berubah menjadi 72 jam sebelum keberangkatan sudah keluar hasilnya.

“Tadi pagi kita mendapatkan suratnya, dikoreksi oleh GACA syarat memasuki Saudi adalah 72 jam sebelum keberangkatan, bahwa hasil PCR harus sudah keluar 72 jam sebelum berangkat,” sebut pria yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes ini.

Dengan adanya aturan baru ini, dr Budi mengatakan, para petugas harus memperhitungkan dengan tepat terkait waktu pemeriksaan PCR bagi calon haji. Sementara bagi calon haji yang hasil pemeriksaan PCR positif, maka akan ditunda terlebih dahulu keberangkatannya.

“Jemaah yang saat mau pemberangkatan hasil PCR positif akan mengalami penudaan pemberangkatan, hasil koordinasi dengan Kementerian Agama, jemaah yang mengalami penundaan rencana akan diikutkan pada kloter berikutnya,” ujar dr. Budi. “Namun jika pada hari terakhir mereka belum sembuh, maka secara otomatis mereka tidak bisa diberangkatan dan kemungkinan akan diikutkan pada tahun berikutnya. Jadi PCR tidak bisa ditawar lagi, PCR negative memang syarat untuk masuk Arab Saudi.”

Dari data hasil pemeriksaan kesehatan calon haji per tanggal 2 Juni 2022, diketahui dari total 100.051 orang yang mendapat kuota untuk tahun ini sudah 95.702 jemaah atau sekitar 95,7% jemaah sudah melakukan pemeriksaan kesehatan. Artinya, kata Budi, 95% jemaah sudah siap untuk diberangkatan atau memenuhi persyaratan istitaah kesehatan. Petugas kesehatan masih terus melakukan pemeriksaan terhadap jemaah yang belum melakukan tes kesehatan.

Sementara untuk vaksinasi COVID-19, calon haji yang sudah memenuhi dosis lengkap, yakni sudah mendapatkan dua kali suntikan vaksin COVID-19 sebanyak 95%. Begitu juga jumlah calon haji yang sudah melakukan suntik vaksin meningitis sudah mencapai 95,7%.

“Waktu pemberangkatan masih tersisa satu bulan lagi, dari 4 Juni sampai 3 Juli, kemungkinan jemaah akan melengkapi status vaksinasi hingga satu bulan ini kita optimis seluruh jamaah akan melengkapi status vaksinasi,” sebut dr. Budi.

Diharapkan para jamaah mengikuti imbauan yang disampaikan oleh Kemenkes karena saat melaksanakan ibadah haji akan bertemu dengan para jemaah dari berbagai negara yang secara keseluruhan berjumlah sekitar satu juta orang.

“Kita minta jemaah tetap menerapkan protokol kesehatan karena jamaah akan berinteraksi dengan satu juta orang, sehingga mereka rentan tertular jika tidak melakukan prokes, tetap menggunakan masker selama melaksanakan ibadah haji,” imbau dr. Budi.

Fasilitas Kesehatan Haji 

Pemerintah Arab Saudi memberikan kuota sebanyak 100.051 bagi warga negara Indonesia (WNI) untuk dapat mengikuti pelaksanaan ibadah haji tahun ini. Sebanyak 776 petugas dari Kementerian Kesehatan yang terdiri dari 304 orang Petugas Pelaksana Ibadah Haji (PPIH) dan 472 orang Tenaga Kesehatan Haji (TKH) dipersiapkan untuk menunjang pelaksanaan ibadah haji.

Menurut Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes, dr. Budi Sylvana, MARS, petugas kesehatan yang terlibat pada ibadah haji tahun ini memang mengalami penurunan secara jumlah, namun dari sisi komposisi jenis tenaga kesehatan ada penambahan. Hal tersebut disesuaikan dengan kebijakan dari Arab Saudi terkait jumlah kuota dan juga kondisi pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang masih berlangsung hingga saat ini.

“Untuk petugas kesehatan bervariasi, dari quantity ada pengurangan jumlah, namun dari sisi komposisi ada penambahan, saat ini 12 jenis spesialisasi yang kita turunkan,” kata dr. Budi ketika melakukan jumpa pers secara virtual melalui saluran YouTube Kemenkes RI, Kamis (2/6/2022).

Dua belas tenaga dokter spesialis yang terlibat pada musim haji tahun ini terdiri dari dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis paru, dokter spesialis syaraf, dokter spesialis bedah orthopedi, dokter spesialis bedah umum, dokter spesialis kedokteran jiwa, dokter spesialis anastesi, dokter spesialis rehab medik, dokter spesialis emergensi medis, dokter spesialis kedokteran penerbangan dan dokter spesialis mikrobiologi klinik.

“Dokter spesialis mikrobiologi klinik akan kita minta tolong untuk pencegahan dan pengendalian infeksi selama musim haji khususnya di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) karena kita tahu, haji tahun ini masih dalam musim pandemi, segala bentuk antissipasi harus kita lakukan,” sebut dr. Budi.

Kemenkes telah menyiapkan Kantor Kesehatan Haji Indonesia yang berada di Mekah, Madinah dan Jeddah, selain itu juga membuka 296 titik layanan kesehatan selama operasional pelaksanaan haji di Arab Saudi sebagai tempat layanan kesehatan yang bisa dimanfaatkan oleh jemaah haji Indonesia. Sebanyak 173 jenis obat-obatan dan 45 macam perbekalan kesehatan yang total seluruhnya mencapai 18 ton telah disiapkan, saat ini sedang proses clearence di bea cukai Jeddah.

Seluruh jemaah haji Indonesia juga akan mendapatkan paket tas yang berisi masker kain, masker medis, oralit, cairan semprot wajah, plester, tisu basah, hand sanitizer, kantong kencing, yang merupakan perlengkapan pendukung selama melaksanakan ibadah di tanah suci. Meski sampai saat ini Kemenkes belum menerima laporan terkait jemaah haji yang menggunakan kursi roda namun Kemenkes memastikan telah mempersiapkan fasilitas kursi roda bagi calon haji yang membutuhkan.

“Kita akan siapkan bagi jamaah yang membutuhkan kursi roda, jadi tidak usah khawatir bagi jemaah pemerintah akan siapkan kursi roda,” ucap Budi.

Mengingat dari 100.051 calon haji asal Indonesia sebanyak 35,81% masuk dalam kategori risiko tinggi (risti) dan lanjut usia. Untuk memberikan perlindungan kesehatan selama melakukan ibadah haji, Kemenkes mempersiapkan teknologi yang dapat digunakan untuk memantau kondisi kesehatan para calon haji.

“Bentuknya tele jemaah, tele petugas, wrist band semacam smart watch yang akan digunakan oleh jemaah sangat berisiko tinggi, kondisi kesehatan jemaah akan dipantau oleh petugas melalui teknologi,” kata dr. Budi.

Bagi calon haji yang memiliki penyakit jantung dan hipertensi akan diberikan wrist band. “Kurang lebih ada 3 ribu semacam smartwatch, untuk tahun ini sebagai piloting, yang akan dipasangkan kepada jemaah paling risti yaitu jemaah yang memiliki penyakit jantung dan juga hipertensi yang akan kita sematkan smartwatch sehingga kondisi kesehatan mereka lebih terpantau oleh petugas dan juga petugas di KKHI,” demikian penjelasan dr. Budi.

Tim Schollmedia

Artikel Selanjutnya
Pesan Menkes Untuk Lansia Indonesia
Artikel Sebelumnya
Upacara Bendera Setiap Senin Pagi di Sekolah Akan Dihidupkan Kembali

Artikel Lainnya:

Comments ()

Tinggalkan Komentar